Tari Serimpi merupakan sebuah tarian klasik dari Yogyakarta. Tarian ini ditampilkan oleh empat orang penari wanita yang cantik dan anggun. Kata serimpi itu sendiri berarti empat. Namun ada juga Serimpi yang ditarikan oleh lima penari yaitu pada Serimpi Renggowati. Selain berarti empat, istilah serimpi juga dikaitkan dengan kata ‘impi’ yang berarti mimpi. Maksudnya, seseorang yang melihat tarian ini mungkin akan merasa seperti berada di alam mimpi.
Pertunjukkan
tarian Serimpi biasanya berlangsung selama ¾ jam sampai 1 jam. Komposisi empat
penari mewakili empat mata angin dan empat unsur dunia. Unsur dunia meliputi
grama (api), angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Tari klasik ini
awalnya hanya berkembang di Kraton Yogyakarta. Menurut kepercayaan, Serimpi
adalah seni yang luhur dan merupakan pusaka Kraton. Dalam tarian ini, tema yang
disuguhkan oleh penari sebenarnya sama dengan tari Bedhaya Sanga. Tarian ini
menggambarkan pertentangan antara dua hal yaitu antara benar dan salah, nafsu
dan akal, dan benar dan salah.
Kemunculan tarian ini konon berasal dari masa Kerajaan Mataram ketika masa pemerintahan Sultan Agung. Tari ini dianggap sangat sakral karena hanya dilakukan di lingkungan Kraton untuk upacara kenegaraan dan peringatan naik tahta sultan. Tahun 1775, Mataram pecah menjadi dua yakni Kesultanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Hal ini juga berdampak pada tarian ini. Walaupun inti tariannya masih sama, namun Serimpi di Yogyakarta menjadi Serimpi Dhempel, Genjung, dan Babul Layar. Sementara di Surakarta menjadi Serimpi Bondan dan Anglir Mendung. Walaupun tarian ini sudah ada sejak lama, namun tarian tersebut baru diketahui oleh publik sekitar tahun 70an karena begitu sakralnya tarian ini Kraton.
Dari segi pakaian, pakaian yang dikenakan
oleh penari juga mengalami perkembangan dari sebelumnya. Jika awalnya pakaian
yang dikenakan seperti pakaian pengantin putri Kraton dengan gelung bokor
sebagai hiasan kepala dan dodotan, saat ini kostum penari beralih menjadi
pakaian tanpa lengan, gelung dengan hiasan bunga ceplok, dan hiasan kepala bulu
burung kasuari. Karakteristik dari penari Serimpi adalah mengenakan keris kecil
yang diselipkan di bagian depan menyilang ke kiri.
Selain keris, para penari Serimpi juga kadang
menggunakan jembreng yaitu semacam perisak. Pada jaman pemerintahan Sri Sultan
HB VII yaitu pada abad ke-19, ada pula Tari Serimpi yang alat perangnya berupa
pistol yang ditembakkan ke bawah. Pola iringan tarian ini menggunakan gending
sabrangan untuk keluar dan masuknya para penari diiringi bunyi genderang dan
musik tiup. Pada saat menari diiringi dengan gendhing ageng atau tengahan yang
kemudian masuk gending ladrang. Selanjutnya ayak-ayak dan srebengannya
diguanakn untuk mengiringi adegan peperangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar