
Tidak ada data yang menyebutkan
sejak kapan tarian ini ada dan siapa yang menciptakan Tari Pakarena Gantarang
ini namun masyarakat meyakini bahwa Tari Pakarena Gantarang berkaitan dengan
kemunculan Tumanurung. Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit
untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk yang diberikan
tersebut berupa symbol – simbol berupa gerakan kemudian di kenal sebagai Tari
Pakarena Gantarang. Hal ini hampir senada dengan apa yang dituturkan oleh salah
seorang pemain Tari Pakarena Makassar Munasiah Nadjamuddin. Wanita yang sering
disapa Mama Jinne ini mengatakan bahwa Tari Pakarena berawal dari kisah
perpisahan penghuni botting langi (Negeri Kayangan) dengan penghuni lino (bumi)
zaman dahulu. Sebelum berpisah, botting langi mengajarkan kepada penghuni lino
mengenai tata cara hidup, bercocok tanam hingga cara berburu lewat
gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan inilah yang kemudian menjadi
tarian ritual ketika penduduk di bumi menyampaikan rasa syukur pada penghuni
langit.
Tak mengherankan jika gerakan dari
tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan
satu dengan yang lainnya. Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan
memiliki makna khusus. Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian
Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus
kehidupan manusia. Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama
kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka
matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat
terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu
sekitar dua jam. Tari Pakarena Gantarang diiringi alat music berupa gendang,
kannong-kannong, gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya
adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi
Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas Kabupaten Selayar. Tahun 2007, Tari
Pakarena Gantarang mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Acara Jembatan
Budaya 2007 Indonesia–Malaysia di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar